Minggu, 17 Juli 2011

Sosiologi Industri S.R. Parker



STRUKTUR DAN PERUBAHAN EKONOMI

Oleh : S.R. Parker

Konsepsi ekonomi sebagai suatu subsistem masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat merupakan pengatur suatu sistem. Sesungguhnya kita juga bisa mengatakan bahwa ekonomi merupakan induk sistem dari beberapa subsistem lainnya. Selanjutnya setiap subsistem memiliki peranan fungsional dalam hubungannya dengan sistem ekonomi sekaligus juga dengan sistem sosial yang merupakan induk dari semua sistem tersebut.

PERUBAHAN DALAM STRUKTUR EKONOMI

* Teknologi

Berbagai penemuan baru, perkembangan teknologi dan perubahan dalam dunia telah mengubah secara radikal karakter industrial inggris dalam beberapa tahun tekahir ini. Industri-industri dengan teknik baru, misalnya didalam bidang elektronik, pesawat terbang, mobil, dan industri kimia serta dalam bidang konstruksi mesin dan teknologi perminyakan, telah menjadi bagian terbesar dari nilai ekspor dan memberikan kesempatan kerja yang cukup besar.

* Nilai-nilai

Nilai memainkan peranan penting di dalam merasionalisasikan norma-norma tertentu didalam suatu organisasi. Nilai yang berlaku biasanya selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi agar memungkinkan dirinya mampu mengembangkan dan mengendalikan berbagai macam sistem sosial dan ekonomi dalam suatu masyarakat.

Di dalam masyarakat industri modern suatu nilai tertentu telah digunakan untuk mengendalikan, mengembangkan dan meningkatkan produktivitas ekonomi. Keinginan untuk memaksimumkan keuntungan ataupun mendapat upah setinggi-tingginya serta naluri untuk bekerja keras, merupakan refleksi dari suatu nilai yang terasa ganjil di dalam suatu masyarakat yang tertutup suatu nilai yang jarang ditemukan di tempat manapun juga di dunia ini.

* Organisasi

Suatu konsekuensi penting dari meningkatnya ukuran organisasi-organisasi industri adalah meningkatnya kecenderungan monopoli dan oligopolis. Perlu dicatat bahwa kenaikan laju konsentrasi industri yang menjadi ciri khas dalam perekonomian Inggris pada tahun 1960-an, telah menciptakan suatu situasi dimana sejunilah kecil perusahaan sekarang ini telah menguasai sektor industri tertentu. (Stant wort dan Giddens, 1975; hal 5). Para pendukung sistem kapitalisme sudah lama: menduduki posisi kontradiktif di dalam monopoli; kelihatannya mereka mendapat keuntungan besar dari suatu pasar yang besar, sehingga mereka mampu merasionalisasikan produksinya , akan tetapi merekapun "berada di dalam kontrol atau batasan-batasan kegiatan perdagangan". Walaupun mereka menghadapi berbagai kendala, tetapi di Amerika dan Inggris tetap tumbuh dengan pesatnya.

Suatu pertanyaan yang berkaitan dengan struktur ekonomi yang perlu mendapatkan perhatian serius ialah "siapakah yang menjadi pemilik kekayaan negara?" Sering disinyalir bahwa kenaikan pajak justru memperlebar kesenjangan antara si kaya dan si miskin, tetapi hanya sedikit fakta akurat yang mendukung pernyataan ini. Sejak tahun 1967 sampai dengan tahun 1969, kelompok orang yang paling kaya .di Inggris meliputi jumlah 5% dari populasi penduduk yang berumur 25 tahun keatas, dan 55% di antara populasi tersebut dapat digolongkan ke dalam kelompok orang-orang kaya (Atkinson, 1975 hal 134). Walau suatu gambaran komparatif dari tahun 1950-1952 menunjukkan bahwa . terdapat kurang lebih 68% populasi yang termasuk ke dalam kelompok orang kaya, tetapi 1% dari 5% orang yang paling kaya (ke dalam kelompok ini termasuk orang-orang kaya yang memberikan hartanya sebagai warisan terhadap ahli waris sebelum kematiannya) telah mengalami perubahan besar di dalam jumlah nilai kekayaannya yang terjadi di antara tahun 1967-1969.

Masalah perindustrian dan akibatnya yang dirasakan oleh perekonomian secara keseluruhan, terutama yang me­nyangkut masalah perburuhan, telah ditunjukkan oleh semakin meningkatnya pengaruh dan kekuasaan serikat-seri­kat buruh (note: indikasi ini semakin terasa setelah perang du­nia ke-ll para pengusaha duduk bersama dengan para wakil buruh didalam komite produksi bersama yang disebut Trades Union Congress dimana cabangnya tersebar hampir disemua perusahaan industri, di Inggris. Trades Union Congress memegang peranan penting didalam merumuskan kebijaksanaan ekonomi negara. Para pemimpin organisasi tersebut kemudian ditunjuk menjadi anggota komisi yang bertanggungjawab terhadap perkembangan industri serta berada di bawah pengawasan para pemilik perusahaan.

VARIASI DALAM LAPANGAN KERJA DAN MENINGKATNYA KEMAKMURAN

Ekspansi terhadap pasar konsumen remaja di dalam berbagai bentuk barang-barang konsumsi dan jasa, terutama pakaian, kaset dan berbagai produk lainnya, jelas merupakan akibat langsung dari situasi pasar yang cukup baik, didukung pula oleh pelayanan perusahaan yang baik dan tenaga kerja yang masih muda dan ini berakibat meningkatnya standar upah dan kesejahteraan di Inggris. Walaupun "demand and Supply" merupakan suatu proses sirkular, konsumen bukanlah merupakan satu-satunya faktor utama, tetapi pasang- surut perusahaan terletak pada kemampuan pengusaha untuk mengu­asai dan mengendalikan pasar, atau akan lebih baik lagi kalau mereka mampu menciptakan pasar; dimana seorang pengusaha harus mampu untuk "membujuk" konsumen agar dia merasa "perlu" dengan produk yang ditawarkannya.

Pertumbuhan pesat dari penjualan barang-barang mebel dan, berbagai barang yang tahan lama lainnya (durable consumer good) telah berkembang dengan pesatnya karena adanya sistem kredit. Walaupun adanya berbagai fluktuasi di dalam kegiatan perdagangan sebagai akibat dari berbagai perubahan dalam peraturan pemerintah mengenai sistem kredit, jumlari total kredit yang disalurkan kepada para konsumen terus menunjukkan kenaikan yang mengagumkan.

INDUSTRI DAN PENDIDIKAN

Oleh : S.R. Parker

Hubungan antara industri dan sistem pendidikan bersifat timbal-balik, serta memiliki pengaruh besar terhadap tenaga kerja yang telah terlatih atau calon tenaga kerja yang memiliki latar belakang dan tingkat pendidikan yang cukup memadai untuk mendapatkan suatu latihan, dipihak lain industri sendiri meinpunyai suatu sub sistem "pendidikan" yang khas, termasuk .kegiatan magang dan berbagai bentuk training.

PENGARUH INDUSTRI TERHADAP PENDIDIKAN

Pengaruh nyata dan mudah dilihat dari sektor industri terhadap sektor pendidikan ialah adanya kecenderungan untuk menyusun dan menerapkan kurikulum serta materi pelajaran di sekolah maupun universitas agar sesuai dengan kebutuhan sektor industri. Apa yang disebut pembiasan: fungsi (vocational bias) pendidikan dimaksudkan agar tujuan pendidikan dapat mengarahkan siswanya untuk memiliki persiapan di dalam bekerja. Pihak industriawan atau pengusaha menghendaki suatu metode pendidikan yang memungkinkan lulusan sekolah atau perguruan tinggi menjadi tenaga kerja yang langsung siap pakai.

* Pendidikan Teknik

Sesungguhnya pendidikan teknik itu sangat heterogen, dan masing-masing mempunyai kurikulum yang saling beda. Selain sekolah teknik menengah terdapat juga lembaga pendidikan teknik, institut teknik, politeknik dan sebagainya. Dalam tahun tahun terakhir ini jumlah lembaga-Iembaga pendidikan teknik tersebut telah mengembangkan kurikulum dan sistem pendidikannya, sehingga bisa disejajarkan dengan sistem pendidikan di universitas, bahkan sekarang banyak diantara lem­baga-Iembaga tersebut yang telah mengubah dirinya menjadi universitas. Lembaga-Iembaga pendidikan teknik pada umum­nya lebih mengutamakan pendidikan teknis praktis ketimbang pendidikan teoritis.

PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PERKEMBANGAN INDUSTRI

Pendidikan serta berbagai latihan keterampilan atau kejuruan yang ada dl dalam perusahaan merupakan refleksi atau perluasan dari tujuan dan nilai-nilai yang terkandung di dalam "pendidikan yang akan disampaikan kepada masyarakat luas. Beberapa jenis sistem pendidikan tertentu" termasuk diantaranya sistem magang bersama dengan tenaga kerja terdidik telah memberikan pengaruh terhadap komposisi dan distribusi sumber-sumber tenaga kerja (man power resources) dan secara keseluruhan akan mengangsir dunia industri.

* Sistem Magang

Semenjak abad pertengahan, sistem magang sudah dikenal baik dalam dunia perdagangan maupun industri. Sekarangpun slstem tersebut hampir tidak mengalami perubahan baik dalam arti maupun coraknya. Sistem magang memiliki sifat paternalistik, yang menggambarkan hubungan bapak dengan anaknya antara seorang mekanik berpengalaman dengan seorang pekerja-pemula. sekarang ini sistem magang sudah hampir hilang tetapi masih banyak perusahaan yang mempertahankannya Seorang pekerja pemula biasanya harus melalui masa magang selama 4 sampai 5 tahun, atau sejak umur 15 atau 16 tahun. selama. periode tersebut, si pekerja muda mendapatkan pendidikan dan latihan dan langsung mempraktekkannya dllapangan. Dalam pendidikan tersebut tidak ada standar khusus, tes ataupun ujian. Juga tidak ada persyaratan khusus yang diperlukan untuk mengikutinya. Sebagian pengusaha memberikan pendidikan yang cukup baik bagi para pekerja pemula, sedangkan sebagian lagi kurang begitu memperhatikannya. Sebelum menerima calon pemula, beberapa perusahaan biasanya mengadakan tes daya adaptasi dan kecerdasan atau psychotest.

Walaupun sudah berusia lebih dari 20 tahun, penelitian Williams (1957) mengenai sistem magang ternyata masih cukup relevan dengan situasi dan kondisi sekarang. Seorang pekerja baru sesungguhnya jarang mendapatkan pendidikan yang serius. Perusahaan biasanya mempercayakan pendidikan bagi para caIon pekerja ke tangan pekerja yang sudah dianggap cukup ahli, yang mana penilaian terhadap instruktur tersebut biasanya didasarkan atas pengalaman kerjanya yang cukup lama.

* "Day - release" dan "Sandwich courses"

Setelah membahas tentang job training, termasuk sistem pendidiKan magang, selanjutnya kita akan membahas tentang apa yang disebut "day release" dan "sandwich". Kedua sistem pendidikan terse but berfungsi mengatasi kekosongan yang ditinggalkan waktu job-training. "Day-Release" berarti bahwa seorang pekerja mula yang baru masuk mendapatkan hari bebas cari pekerjaannya, biasanya sehari dalam satu minggukerja yang harus digtinakan untuk mengikuti kursus pada berbagai jenis lem­baga pendidikan teknik. Ada tiga tingkatan kursus yang dapat diikuti oleh seorang pekerja, yaitu : pertama kursus untuk men­duduki jabatan profesional, kedua kursus untuk menjadi teknisi dan ketiga untuk menduduki jabatan sebagai tenaga mekanik. Lamanya kursus berbeda-beda. Untuk menj~di seorang teknisi diperlukan kursus antara tiga sampai lima tahun, sedangkan untuk menjadi seorang tenaga mekanik diperlukan kursus se­lama tujuh tahun dan untuk menjadi tenaga profesional di­perlukan lebih dari tujuh tahun. Khusus untuk kandidat jabatan profesional diadakan kursus selama 2 x seminggu atau setiap sabtu pagi.

* Tenaga Kerja dan Pendidikan

Sampai dengan masa Perang Dunia I, dalam dunia industri­terdapat tiga macam kelompok kerja, yang semuanya berkaitan dengan berbagai tingkatan dalam perkembangan teknologinya.

Ketiga macam kelompok itu ialah :

1. Unskilled manual (tenaga kerja tidak terampil)

2. Skilled manual (tenaga kerja terampil)

3. Personal administrasi dan komersial.

Dengan diperkenalkannya mesin-mesin baru beserta teknoIoginya telah mengakibatkan kenaikan tajam dalam kecepatan mobilitas jabatan atau perpindahan posisi kerja, dan juga menimbulkan konsekuensi khusus yaitu perlunya pendidikan atau latIhan bagi para pekerja. Terlalu mementingkan spesialisasi akan mengakibatkan seorang pekerja memiliki keahlian yang tinggi dalam satu pekerjaan; tetapi untuk mengerjakan pekerjaan lain, bahkan pekerjaan yang sama tetapi dengan peralatan dan teknologi baru, dia harus mengikuti pendidikan atau latihan lagi.

SEKOLAH DAN PEKERJAAN

Masa transisi dari "dunia sekolah" memasuki "dunia kerja" akan menimbulkan dua macam masalah yang akan dibahas dibawah ini, yaitu: "aspirasi dan harapan" calon pekerja yang baru saja menyelesaikan studinya berkaitan dengan dunia kerja yang akan dimasukinya, dan yang kedua ialah "proses pemilihan pekerjaan".

ü Aspirasi dan Harapan

Sekolah memberikan suatu bayangan atau gambaran dari bentuk pekerjaan yang akan didapatkan oleh seseorang. Di sekolah para siswa mendapatkan suatu informasi tentang berbagai pekerjaan yang bisa dan akan mereka lakukan, walaupun mungkin informasi tersebut tidak bersifat langsung bila sekolah yang dimasukinya adalah sekolah ilmu-ilmu sosial. Lingkungan keluarga sering berpesan sebagai sumber informasi (dan kadang­kadang sering memberikan informasi yang tidak benar), tentang pekerjaan, dan juga sering mendorong pembentukan motivasi untuk mencapai prestasi. Selain itu berbagai media komunikasi massa dapat juga memberikan informasi langsung kepada masyarakat, baik berupa iklan tawaran kerja maupun berupa informasi tentang sesuatu pekerjaan yang meliputi posisi, sarana dan berbagai fasilitas lainnya yang diharapkan bisa diperoleh masyarakat yang berminat. Media massa yang cukup efektif memberikan informasi tersebut ialah surat kabar, televisi, radio dan juga film.

Sebagai persiapan memasuki dunia kerja, biasanya pihak sekolah memilih sekelompok siswa yang sudah senior untuk melakukan kunjungan ke perusahaan untuk mendapatkan pengetahuan praktis dari kegiatan kerja di perusahaan yang dikunjunginya. Hal ini akan memberikan gambaran yang cukup baik bagi para siswa mengenai ruang lingkup pekerjaan yang akan dimasukinya serta cukup berpengaruh terhadap proses pemilihan pekerjaan yang akan dilakukannya. Biasanya pihak perusahaan akan menjelaskan apa-apa yang akan dan harus mereka kerjakan jikalau mereka bekerja diperusahaan tersebut; tetapi tentunya pihak perusahaan tidak harus berharap bahwa mereka pasti akan men]adl pekerja di perusahaan tersebut.

ü Teori Pemilihan Kerja

Dua dari teori-teori yang terkenal tentang "masa memasuki dunia kerja" adalah teoli Ginzberg dan Super. Kedua teori itu menyatakan bahwa kita harus menganggap masuknya seorang dalam dunia kerja sebagai suatu proses. Tapi kedua teori tersebut memiliki juga perbedaan, dimana Ginzberg lebih menekankan pertumbuhan kesadaran individu terhadap interest, dan kemampuannya, sedangkan Super lebih menekankan pe­ranan lingkungan sosial individu di dalam membentuk struktur konsep individu terhadap interest, kemampuan dan kapasitas­nya Roberts (1975) menyatakan bahwa persamaan dan perbedaan di atas yang pada dasarnya bertumpuk pada proses yang dialami seseorang dalam memilih pekerjaan dengan me­larui serangkain tahapan yang dapat diidentifikasi, sebetulnya tidak memadai untuk menerangkan sikap seseorang dalam memilih suatu pekerjaan. Sehagai pengganti dari teori tersebut dia mengusulkan suatu teori lain dengan "Oportunity Structure" sebagai konsep pedomannya. Dia menyatakan bahwa karir dapat dianggap sebagai suatu perkembangan pola-pola yang diatur oleh oportunity structure, untuk mengekspose seseorang pertama kali dengan melalui pendidikan dan kemudian diikuti oleh prestasinya, dalam pekerjaan. Sebaliknya ambisi individual dapat dinyatakan sebagai refleksi dari pengaruh struktur terhadap diri seseorang, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap prestasi kerja dan lingkungan pekerjaan.

INDUSTRI DAN KELUARGA

Oleh : S.R. Parker

Interaksi antara industri dan keluarga terjadi di dalam dua tingkatan yang pertama ialah interaksi antara organisasi industri dan struktur kduarga sebagai sistem keseluruhan, dan yang kedua, adalah dalam kaitannya dengan tingkat peranan individual yakni interaksi antara pekerjaan dengan ling­kungan keluarga dari setiap individu. Pertama, kita harus mempertimbangkan pengaruh dari berbagai jenis organisasi industri modern terhadap pola-pola kehidupan keluarga dan yang kedua, memperhitungkan pengaruh peranan pekerjaan terhadap peranan keluarga. Selanjutnya kita harus meninjau pengaruh berbagai jeniskeluarga terhadap pembentukan pola tingkahlaku danpola organisasi industri. sekaligus memperhatikan bagaimana keterkaitan individu terhadap kehidupan keluarga dalam mempEmgaruhi penampilan pekerjaannya.

PENGARUH INDUSTRI TERHADAP KELUARGA

Pengaruh industri terhadap kehidupan keluarga mungkin bisa bersifat langsung. Dalam bentuknya yang langsung, lingkungan dan sikap kerja dari suatu jenis pekerjaan tertentu akan mempengaruhi lingkungan dan sikap hidup dari suatu keluarga. Bila pengaruhnya yang bersifat tidak bersifat langsung, asosiasi antara pekerjaan dan keluarga dilakukan melalui media social class membership (keanggotaan dalam kelas sosial), hal itu berarti bahwa seseorang yang mendapatkan suatu pekerjaan sekaligus juga akan mendapatkan suatu tingkat kelas sosial tertentu (prestise) yang sering ditunjukkan oleh pola-pola sikap dan tingkahlaku tertentu. Kenyataannya bahwa kebanyakan studi empiris yang menyelidikiinteraksiantara pekerjaan de ngan kehidupan keluarga sering berpijak pada data "kelas sosial" semua keluarga yang menjadi obyek penelitian, sehingga dalam membahas pengaruh industri terhadap berbagai aspek kehidupan keluarga, kita harus memperhatikan "kelas sosial" sebagai suatu faktor utama.

Ø Peranan Suami-Istri

Industri, baik secara langsung maupun tidak langsung akan ikut membentuk peranan yang dimainkan oleh pihak suami maupun istri di dalam suatu keluarga dan juga akan ikut membentuk arah dan corak hubungan an tara suami dan istri berkenaan dengan peranannya di dalam keluarga. Umumnya, lingkungan keluarga dan lingkungan kerja akan berkembang menuju arah yang berbeda, terutama dikarenakan oleh adanya spesialisasi pekerjaan dalam peranannya di dalam masyarakat. Selain itu, jika kita melihat lebih dekat lagi terhadap hubungan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga, ternyata tingkat integrasi pekerjaan dan kehidupan keluarga pada berbagai tingkat sosio ekonomi yang berbeda akan menunjukkan banyak perbedaan pula.

Peranan suami dalam keluarga golongan atas biasanya hanya sedikit mempunyai hubungan dengan peranannya dalam keluarga, sehingga sedikit kemungkinan ia akan menerapkan wibawa dan wewenang di tempat pekerjaannya ke dalam lingkungan keluarga. Pekerjaannya cenderung menyita waktu dan tenaganya, sehingga kurang mencurahkan perhatian terhadap keluarga.

Dalam keluarga golongan menengah, keadaan keuangan dan status keluarga banyak tergantung pada pekerjaan sang suami jika suami bekerja di dalam pekerjaan yang secara teknis cukup kompleks dan tidak bisa dimengerti oleh keluarganya, mungkin sang istri tidak akan bisa membantu atau ikut terlibat secara langsung di dalam pekerjaan suaminya. Bagi kelompok masyarakat seperti ini, tingkat pendapatan mereka relatif rendah dan sulit mendapatkan status yang tinggi dalam masyarakat luas. Di dalam suatu masyarakat, dimana secara tradisional yang bekerja itu hanyalah suami, akan terlihat adanya pemisahan antara pekerjaan dengan keluarga. Tetapi di dalam kelompok masyarakat lain, di mana istri juga ikut mencari nafkah, pendapatan tambahan yang didapatkan sering digunakan untuk membeli peralatan dan perlengkapan rumahtangga yang lebih baik, bahkan cenderung bersifat mewah. Di dalam keluarga seperti ini peranan istri mirip dengan peranan suami dalam keluarga kelas menengah.

Pengaruh lainnya dari faktor-faktor pekerjaan terhadap peranan suami-istri ialah terhadap keakraban antara suami dan istri. Suami harus dapat mencari jalan untuk menyesuaikan tuntutan pekerjaan dengan tuntutan,keluarganya. Edgell (1970) telah mencoba melakukan penelitian terhadap sejumlah keluarga kelas menengah berkaitan dengan pengaruh pekerjaan terhadap hubungan suami istri. Secara ringkas, hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Orientasi Terhadap Pekerjaan

Pusat Perhatian

Peranan

Bentuk Interaksi dalam Keluarga

Tinggi

Sedang

Rendah

Pekerjaan

Pekerjaan+rumah

Rumah

Terpisah

Konflik Peranan

Kerjasama

Dominasi suami

Tidak sejalan

Persamaan

Ø Hubungan antar Keluarga

Berbagai pola hubungan antar keluarga selalu dipengaruhi oleh pekerjaan yang dimiliki oleh keluarga-keluarga tersebut: baik seeara langsung ataupun tidak langsung. Bott (1977) telah melakukan suatu studi yang intensif terhadap seJumlah kecil keluarga perkotaan di Inggris. Dia menyatakan bahwa ada suatu keterikatan di antara keluarga yang mungkin akan menjadi lebih kuat apabila ada suatu kerjasama dalam suatu pekerjaan di antara mereka. Berkaitan dengan istilah kelas dalam masyarakat, keluarga dengan pola pergaulan terbuka mungkin bersedia bergaul dengan kelas buruh tetapi tidak semua keluarga kelas pekerja memiliki pola pergaulan terbuka. Kekuatan suatu keluarga dalam hubungannya dengan tetangga tergantung seeara, langsung kepada jabatan suaminya di tempat pekerjaannya, yang akan memberikan suatu status kepada keluarganya secara keseluruhan. Jika seseorang bertetangga dengan salah seorang koleganya, hubungan yang terjadi di antara keluarga mereka akan semakin erat, tetapi jika koleganya itu tidak bertetangga dengannya, pola pergaulannya hanya akan terjadi di antara kedua suami saja.

Ø Sosialisasi

Posisi sosial ayah dalam lingkungan sosial masyarakat menimbulkan pengaruh besar terhadap proses sosialisasi seorang anak (Schneider, 1969, ha1.499-502). Pada orang tua di setiap tingkatan sosial terdapat suatu kecenderungan dimana posisi sosial membentuk suatu pola peran tertentu bagi anak-anaknya.

Dalam keluarga golongan atas, perawatan dan pendidikan anak sering diserahkan kepada pembantu rumahtangga. Dalam· ke­luarga seperti ini proses sosialisasi seoranganak diarahkan dengan melalui norma-norma dan nilai yang hanya berlaku di kalangan keluarga golongan atas saja. Beda dengan anak­anak dari keluarga golongan menengah, dimana pihak orang tua memiliki banyak waktu luang untuk memperhatikan perkembangan dan pendidikan anaknya. Proses sosialisasi dalam keluarga golongan menengah ditujukan untuk mendidik agar anak mampu bersifat "mandiri", dan hal itu akan'lebih banyak tergantung kepada kemampuan si anak untuk bersaing dengan rekannya dalam mencapai prestasi di sekolah dan selanjutnya dalam pekerjaan. Tetapi anak yang berasal dari keluarga kelas pekerja jarang mampu meningkatkan posisi sosialnya mereka sering dipaksa untuk selalu bersikap patuh dan tidak banyak membuat kesulitan bagi masyarakat sekelilingnya.

PENGARUH KELUARGA TERHADAP INDUSTRI

Banyak bukti yang memajukan bahwa dalam hubungan antara industri dan keluarga, pihak industri memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap keluarga dibanding sebaliknya. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita harus mengabaikan pengaruh keluarga terhadap industri. Sebagai suatu contoh yang me­nunjukkan betapa pentingnya peranan keluarga terhadap industri maupun dalarn suatu perubahan sosial yang tersem­bunyi, Goode (1964) telah mencoba membandingkan usaha yang dilakukan oleh Jepang dan Cina untuk melakukan industrialisasi pada akhir abad 19 dan awal abad 20). dimulai dengan kondisi sosial dan ekonomi yang relatif sarna dan homogen, Jepang telah melangkah jauh lebih maju dibandingkan dengan Cina. Perbedaan pola dan sistem kekeluargaandi antara kedua negara tersebut telah menimbulkan perbedaan dalam kecepatan proses industrialisasi. Sistem pewarisan di Jepang memudahkan pelaksanaan akumulasi kekayaan, dan nepotisme hanya sedikit memberikan hambatan dibandingkan dengan yang terjadi di Cina.

v Berbagai Tipe Hubungan antara Keluarga dan Pekerjaan

Sebagai permulaan kita mengambil suatu postulat dari Raports (1965) yaitu: pekerjaan dan peranan keluarga cen­derung bersifat isomorfik (saling-pengaruh-mempengaruhi satu sarna lain dengan satu cara tertentu untuk membentuk suatu pola struktur yang sarna), atau heteromorfik (membentuk suatu struktur yang masing-masing berbeda). Dari berbagai studi dan observasi yang telah disebutkan, (yaitu studi mengenai keluarga dimana istri ikut bekerjasama dengan suaminya di dalam pekerjaannya, studi tentang keluarga dilnana rumah tern­pat tinggal digunakan oleh ayah sebagai kantor atau toko, studi mengenai keluarga petani dan sedikit pembahasan mengenai keluarga Jepang modern), ternyata semua studi tersebut menun­jukkan adanyaisomorfisme antara pekerjaan dengan kehidupan keluarga. Jika isomorfisme menggambarkan suatu hubungan yang bersifat positif antara pekerjaan dan keluarga, ada juga suatu hubungan lain yang disebut minimal relationship dan negative relationship antara keluarga dengan pekerjaan yang membentuk suatu pola heteromorfisme. Minimal relationship atau neutral relationship di antara keluarga dan pekerjaan terjadi jika di dalam keluarga peranan ayah dalam pekerjaan­nya tidak berhubungan dengan usaha keluarganya untuk mem­bentuk gaya hidup tertentu. Pekerjaan dengan waktu jam kerja yang teratur; tanpa.adanya suatu efek tertentu baik secara fisik maupun psikologis terhadap sipekerja,dan tidak menyita waktu luangnya adalah suatu kasus yang termasuk ke dalam neutral relationship.

Gambaran mengenai ketiga pola hubungan antara pekerjaan dengan lingkungan keluarga, yaitu ekstensi, netralitas, dan oposisi, dapat dilihat pada tabel

Extension

(positive)

Neutrality (minimal)

Opposition (negative)

Tipe Pekerjaan

Bertani, pedagang kecil, pekerjaan profesional tertentu

Teknisi, pekerjaan non manual yang rutin

Pertambangan, nelayan, beberapa pekerjaan “impersonal”

Karakteristik Pekerjaan

Di rumah dan di lokasi pekerjaan bersama-sama (sebagian)

Kurang dipahami oleh keluarga

Sangat berpengaruh terhadap fisik maupun mental si pekerja

Peranan keluarga dalam hubungannya dengan pekerjaan suami

Meneruskan

pekerjaan

Memilih pekerjaan

lain

Mengembalikan kondisi fisik dan mental suami

Peranan istri dalam hubungan pekerjaan suami

Kolaboratif

Mendukung

Peripheral

IBU RUMAHTANGGA YANG BEKERJA

Beberapa faktor yang mendorong peningkatan jumlah pekerja wanita yang sudah menikah mungkin adalah kesempatan, kapasitas dan motivasi. Berkaitan dengan"kesempatan" terdapat lima sub faktor, yakni :

1) Kekurangan tenaga kerja. Selama beberapa waktu pasca PD II, terdapat kekurangan tenaga kerja dalam jumlah besar dan dipersulit lagi. oleh lamanya masa pendidikan untuk anak-anak muda serta meningkatnya jumlah tenaga kerja asing menghadapi masa pensiun. Menyadari hal ini, perusahaan terpaksa memberikan kesempatan luas bagi para wanita yang sudah menikah untuk bekerja.

2) Perubahan di datam struktur pekerjaan. Meningkatnya perdagangan barang-barang konsumsi memberikan pengaruh besar terhadap sistem perdagangan eceran yang bagian terbesar pekerjanya adalah kaum wanita. Para pekerja bidang administrasi serta bidang kesejahteraan untuk pelayanan sosial juga didominasi oleh kaum wanita.

3) Berubahnya pandangan masyarakat tethadap wanita yang bekerja. Kehadiran tenaga kerja wanita yang semakin membesar di perusahaan, termasuk wanita yang sudah menikah, dan adanya gerakan emansipasi telah berhasil mendobrak nilai-nilai tradisional yang mencela kehadiran wanita dalam dunia industri dan membatasi gerak-gerik wanita sebatas rumahnya. Tetapi tradisi ini masih berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan kasar, misalnya pekerjaan di sektor pertambangan.

4) Hilangnya diskriminasi. Pada tahun 1975 diberlakukan undang-undang yang melarang pihak perusahaan melakukan diskriminasi terhadap pekerja wanita termasuk wanita yang sudah menikah.

5) Perubahan datam industri. Untuk lebih menarik kaum wanita yang sudah menikah, beberapa perusahaan telah membentuk suatu spesial shifts (regu kerja khusus). Misalnya, jam kerja wanita yang sudah menikah ditentukan sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka mengerjakan pekerjaan rumahtangga mereka. Selain itu diperkenalkan juga mesin-mesin baru yang lebih ringan dan lebih mudah ditangani.

v Problema Karir Ganda dalam Keluarga

Dalam keluarga konvensional, suami bertugas meneari nafkah dan istri yang mengurus rumahtangga. Tetapi kini, dengan tumbuhnya kesempatan bagi wanita bersuami untuk bekerja, pada pola kekeluargaan segera berubah dan muncul apa yang disebut sebagai dualisme karir.

Dualisme karir terjadi bila suami maupun istri sama-sama bekerja dan mengurus rumahtangga secara bersama pula ( Rapoport and Rapoport), 1976, hal 198). Di dalam hubungannya dengan posisi masing-masing, setiap pasangan suami istri memiliki cara yang berbeda di dalam mengatur peranannya dalam pekerjaan dan rumahtangga. Wanita yang bekerja seeara part timer umumnya menganggap bahwa pekerjaan hanyalah sekedar hobbi dan hanya menduduki prioritas kedua di bawah kepentingan keluarga. Tetapi dalam keluarga dualisme karir egalitarian, suami-istri bekerja tidak hanya sekedar meneari nafkah tetapi juga dalam persaingan untuk mendapatkan posisi yang sama dalam pengambilan keputusan serta berbagai aktivitas dalam keluarga (Rapoport 1976, hal 286 - 296). Di dalam hubungan ini terdapat berbagai permasalahan sebagai berikut :

(1) Over-load (beban berlebih-lebihan). Kedua suami­istri dibebani terlalu banyak tanggung jawab. Pemban­tu rumahtangga bukan!ah merupakan suatu jawaban, sebab kehadirannya malahan sering menimbulkan suatu ketegangan baru dalam kehidupan keluarga.

(2) Tidak adanya sanksi lingkungan. Mungkin seorang istri masuk ke dalam suatu pekerjaan dimana istrinya tidak diterima secara keseluruhan, atau menjadi subyek kritik, karena mengabaikan anak-anaknya.

(3) Identitas pribadi dan harga diri. Baik suami maupun istri harus mampu mengatasi kritik-kritik yang didasarkan pada tradisi pemisahan peranan berdasarkan jenis kelamin.

(4) Dilema hubungan sosial. Hubungan antara keluarga dengan tetangga menjadi renggang, karena baik suami maupun istri masing-masing sibuk dengan pekerjaan di luar rumahnya.

(5) Konflik peranan ganda. Terdapat konflik baik bagi suami maupun istri diantara kepentingan perusahaan.

INDUSTRI DAN STRATIFIKASI SOSIAL

Oleh: S.R. Parker

StratifikaSi sosial mengacu pada pembagian para anggota masyarakat ke dalam tingkatan atau strata yang berkaitan dengan sikap dan karakteristik masing-masing anggota atau kelompok (Schneider, 1969, hal 148). Stratifikasi bukanlah suatu sub sistem dalam masyarakat, lain halnya dengan ekonomi, pendidikan atau keluarga yang merupakan sub-sistem masyarakat. Stratifikasi adalah suatu aspek umum dari struktur dalam sistem sosial yang kompleks. Dalam bab ini akan dibahas masalah hubungan antara stratifikasi sosial dalam berbagai bentuk di dalam industri dan masyarakat luas.

PENGARUH INDUSTRI TERHADAP SISTEM STRATIFIKASI

Stratifikasi sosial dalam masyarakat industri modern, memiliki dua bentuk utama, yaitu: kelas dan status. Bentuk-bentuk lain dari stratifikasi sosial seperti kekayaan dan kasta tidak perlu di bahas dalam buku ini. Ada banyak literatur yang kontroversial yang membahas masalah yang berhubungan dengan status dan kelas sosial (Bottomore, 1965). "Kelas" umumnya digunakan untuk menunjukkan pembagian di dalam masyarakat yang didasarkan atas posisi ekonomi dalam masyarakat, tanpa memperhatikan apakah mereka menyadari posisinya itu atau tidak. "Status sosial" tidak menggambarkan pembagian posisi dalam masyarakat, tetapi menunjukkan tingkat posisi seseorang atau kelompok yang ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya di dalam masyarakat. Secara historis, konsep kelas merupakan bagian terpenting dalam teori Karl Marx tentang masyarakat, yang menekankan perlunya perjuangan kelas, yaitu perjuangan si miskin melawan si kaya dalam usaha untuk menguasai sumber-sumber produksi. Sementara itu Marx Weber lebih menunjukkan perhatiannya terhadap tipe lain dari stratifikasi yang berasal dari pengakuan terhadap suatu status yang mungkinakan mematahkan struktur kelas.

Kaitan antara industri dan stratifikasi berdasarkan status semakin lama semakin kabur, terutama disebabkan semakin luasnya ruang lingkup hal-hal yang berkaitan dengan istilah status. Seandainya status diukur dengan suatu nilai yang spesifik, baik yang beIdampak positif, atau negatif, yaitu suatu nilai kehormatan diri, ia bisa dinyatakan sebagai suatu bentuk economic power dan non-economic power yang bentuknya bisa berupa kemampuan membeli berbagai jenis barang konsumtif, tingkat pendidikan, latar belakang keluarga atau keturunan dan sebagainya. Berkaitan dengan pengaruh industri terhadap keluarga, pengaruh industri terhadap sistem stratifikasi mungkin bisa bersifat langsung melalui kekuatan ekonomi serta posisi dan wewenang di dalam perusahaan, ataupun bisa juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui status dalam perusahaan yang ditransmisikan menjadi status dalam masyarakat, termasuk melalui rantai antara situasi pasar dan gaya hidup.

J Penelitian tentang Status Jabatan

Mungkin satu-satunya penelitian terbaik yang pernah di lakukan di Inggris mengenai tingkat sosial berkaitan dengan pe­kerjaan adalah suatupenelitian yang dilakukan oleh Hall dan Jones pada tahun 1950. Mereka telah mewawancarai 1.400 orang dari 30 jenis pekerjaan dengan berbagai tingkatan. Mereka menyatakan . pandangan para respondennya mengenai hal­hal bersifat umum.

Mereka menyatakan bahwa tidak ada perbedaan ataupun pengistimewaan dalam penentuan tingkat pekerjaan yang di­seleksi. Tetapi ternyata ada perbedaan dalam menentukan "rata-rata" dalam "skala pekerjaan", dimana kelihatannya rata-ratanya lebih besar untuk tingkat pekerjaan pada daerah sentral daripada daerah atas dan bawah dari skala "pekerjaan". Juga terdapat suatu kecenderungan untuk menetapkan status pekerjaan yang diseleksi sebagai variabel status pekerjaan responden (yang nyatanya lebih rendah).Atau lebih jelasnya, menentukan status pekerjaan responden dengan menggimakan status pekerjaan yang diseleksi sebagai patokannya.

J Kritik·kritik terhadap Penelitian-penelitian yang telah dilakukan

Berbagai penelitian terhadap status jabatan atau pekerjaan telah banyak dikritik orang, karena para peneliti sebenarnya mencoba membentuk berbagai perbedaan yang secara normal sebenarnya tidak ada dalam masyarakat. Gagasan yang tersembunyi dibelakang penelitian tersebut ialah bahwa kebanyakan status pekerjaan bersifat hirarkis dan dibuatkan dalam suatu skala status: Reiss pada tahun 1961 menegaskan bahwa "skala status pekerjaan dibuat hanyalah berdasarkan penaksiran yang ternyata tidak menghasilkan suatu skala yang unidimensional untuk semua pekerjaan, dan sesungguhnya status itu merupakan suatu gejala multidimensional dan demikian pula halnya dengan indikator dari status bersifat multi­dimensional" .

Suatu alasan yang menyebabkan banyaknya kritik terhadap konsep status pekerjaan ialah bahwa dalam konsep tersebut, status dijadikan sebagai indikator tunggal, dan cara pengklasifikasian bersifat vertikal. Pada tahun 1959;Morris dan Murphy telah menggunakan istilah "situs" untuk mengklasifi­kasikan pekerjaan secara horisontal, dimana pekerjaan diklasifikasikan berdasarkan fungsinya. Penggunaan dimensi situs memungkinkan kita memperkirakan efek relatif dari suatu pekerjaan terhadap sikap dan tingkah laku seseorang.

J Perbedaan Status

Perbedaan di dalam penentuan suatu status boleh saja disebabkan adanya analisa terhadap sumber-sumber status yang berbeda. Misalnya, suatu pekerjaan dapat memberikan suatu status dikarenakan imbalan yang diberikannya (baik secara ekonomis atapun psikologis), atau karena prestise, kekuasaan dan pentingnya fungsi pekerjaan terse but dalam masyaralait (Pellegrin dan Bates, 1959). Ke empat sumber status tersebut mungkin memiliki tingkat yang sama, mungkin juga tidak, hal ini tergantung pada pandangan masyarakat terhadap pekerjaannya itu sendiri. Jika seseorang memiliki status yang tinggi dalam suatu pekerjaan, misalnya dikarenakan imbalannya yang tinggi, bisa saja merasa rendah diri bila pekerjaan tersebut memiliki nilai prestise yang rendah. Hal semacam itu menyebabkan "suatu tekanan terhadap persamaan dari atribut-atribut status".

PENGARUH SISTEM STRATIFlKASI TERHADAP INDUSTRI

Perusahaan-perusahaan industri, baik secara kolektif maupun individual, memiliki suatu sistem stratifikasi yang me­miliki aspek-aspek internal dan ekternal. Secara internal, pekerjaan bisa dibagai berda.sarkan fungsinya didalam perusahaan. Secara ekternal, kita harus meninjau stratifikasi status didalam masyarakat, dimana seseorang sering memiliki hak-hak istimewa berdasarkan jabatannya di tempat ia bekerja.

Seperti halnya dalam masyarakat umum yang mengenal kelas-kelas sosial atau tingkat status, didalam perusahaan industri pun terdapat hirarki kekuasaan yang pada hakikatnya berkaitan dengan tingkat status sipemegang kekuasaan tersebut. Berbagai peranan dalam perusahaan diwujudkan dalam struktur jabatan dalam perusahaan, dimana kepala eksekutif berada pada struktur paling atas dan pekerja biasa berada dalam struktur paling bawah. Selanjutnya, perbedaan dalam tingkat struktur jabatan berkaitan dengan perbedaan dalam kondisi kerja yang didapatkan dalam masing-masing tingkat. Sebagai contoh, dari hasil survai nasional yang dilakukan di Inggris, diketahui bahwa pekerjaan biasa mendapat tekanan yang keras untuk terus hadir dalam pekerjaanya. Jika mereka mangkir maka gaji mereka akan dipotong. Tetapi jika pihak manajer mangkir maka potongan gaji yang dilakukan sangat sedikit, padahal untuk mengoperasikan pekerjaan secara normal minimal diperlukan kehadiran 98% pekerja biasa dan hanya memerlukan minimal kehadiran 6% manager. (Field, 1974, hal 33). Dalam pemberian uang pensiunpun terdapat juga perbedaan. Sebagai contoh, para manajer mendapatkan uang pensiun sebanyak tiga kali lipat uang pensiun para pekerja biasa (Westergaard and Resler, 1976, hal 90).

F Teori Stratifikasi dan Industri

Teori stratifikasi dan teori kelas sosial telah mengalami cukup banyak kemajuan (Mac Kenzie, hal 176). Kita telah mengenal bagaimana ketidaksamaan dalam bidang ekonomi diciptakan, ditegakkan dan diubah, tetapi teori tentang perbedaan-perbedaan nilai, ideologi dan pola tingkah laku antar kelas sedikit sekali dikembangkan. Sumbangan pikiran terhadap teori stratifikasi Inggris telah memberikan pengaruh yang eukup besar terhadap pengembangan teori perbedaan antar kelas. Beberapa ahli sosiologi Inggris telah memusatkan perhatiannya terhadap issue-issue konkrit mengenai perbedaan kelas ini, yaitu ten tang "melimpahnya jumlah kelas pekerja" dan korelasi antar berbagai tipe situasi kelas pekerja yang berbeda-beda.

Pada tahun 1945, Davis dan Moore mengetengahkan teori mereka tentang stratifikasi. Mereka mengatakan bahwa "ada suatu kebutuhan universal untuk membentuk suatu stratifikasi dalam masyarakat". Stratifikasi muncul disebabkan oleh perbedaan posisi yang kemudian menimbulkan perbedaan tingkat fungsional dalam masyarakat. Di lain pihak, orang­orang yang berbakat dan berpendidikan relatif sedikit, sehingga masyarakat terpaksa menawarkan posisi yang lebih tinggi kepada orang-orang yang memiliki bakat dan kemampuan yang dibutuhkan agar masyarakat tersebut mampu mempertahankan eksistensinya. Dalam tahun 1948, Davis melakukan modifikasi terhadap teori-teori itu dengan menambahkan bahwa mobilitas orang-orang yang lebih berbakat dan berkemampuan lebih tinggi sering dihambat oleh latar belakang status keluarganya. Jadi kesimpulannya stratifikasi adalah suatu hal yang tidak terhindarkan

Huaco mencoba mengabaikan teori Davis -Moore dengan mengatakan bahwa teori tersebut tidak mampu menjawab berbagai kritikan yang dilancarkan terhadapnya. Dia yakin bahwa postulat tentang "perbedaan fungsional" itu telah gagal menerangkan terjadinya stratifikasi, sebab tidak ada bukti bahwa perbedaan posisi akan menyebabkan perbedaan tingkat sumbangan untuk mempertahankan eksistensi masyarakat. Juga asumsi yang mengatakan bahwa masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi akan lebih mendorong terjadinya persaingan untuk mendapatkan prestasi tidak bisa dipertahankan kebenarannya. Maka selanjutnya Huaco menerangkan teori stratifikasi berdasarkan 3 postulat, yaitu :

a. Imbalan yang tidak sarna yang dikaitkan dengan perbedaan posisi adalah penyebab mobilitas individu untuk mendapatkan posisi tertentu .

b. Eksistensi dan operasi keluarga adalah penyebab timbulnya status.

c. Terbatasnya tenaga-tenaga bermutu menyebabkan timbulnya stratifikasi.

Sampai saat sekarang para ahli teori social action belum mengembangkan suatu teori tentang stratifikasi, walaupun sesungguhnya tidak sulit bagi mereka untuk berbuat demikian. Pembagian masyarakat kedalam beberapa strata merupakan suatu problematika. Strata didalam masyarakat maupun industri tidak berada di luar atau terpisah dari faktor situasi dalam masyarakat. Eksistensi stratifikasi dalam maSyarakat terletak pada mayoritas anggotanya yang melegalisir perbedaan didalam wewenang atas kekuasaan pada setiap strata. Posisi puncak pada strata tertinggi (manajer, pemimpin dsb) tidak mungkin ada tanpa dukungan mayoritas strata paling bawah (tenaga pelaksana, bawahan dan sebagainya).

INDUSTRI, MASYARAKAT DAN POLITIK

Oleh: S.R. Parker

INDUSTRI DAN MASYARAKAT

y Industri Mempengaruhi Masyarakat

Dalam arti luas, industri yang berkaitan dengan teknologi, ekonomi, perusahaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya telah sangat mempengaruhi masyarakat. Pengaruh tersebut bisa berupa nilai-nilai, pengaruh fisik terhadap masyarakat dan usaha industrial interest group untuk mempengaruhi masyarakat.

Industri memberi input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkahlaku yang tercermin dalam sikap dalam bekerja. Weber mengatakan bahwa dengan adaiiya teknologi baru, diperlukan suatu nilai yang akan mengembangkan masyarakat menjadi masyarakat kapitalis tradisional; demikian pula jika hendak membentuk masyarakat kapitalis modern, diperlukan suatu nilai-nilai tertentu.

Industri memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam masyarakat. Akibat yang dirasakan oleh masya­rakat dengan adanya industri bisa dalam berblllai bentuk yang berbeda. Bila suatu kota sangat tergantung hanya kepada satu jenis industri atau perusahaan, perkembangan industri atau perusahaan tersebut akan menentukan apakah kota tersebut akan berkembang atau haneur. Muneulnya industri-industri baru dalam suatu wilayah akan memberikan pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja.

Suatu cara yang lebih teoritis untuk pengaruh timbal-balik antara industri dan masyarakat ialah dengan cara mengidentifikasikan jenis-jenis hubungan antara industri dan masyarakat. Walaupun ada pemisahan economic interest groups dalam industri, seperti dalam bentuk-bentuk perdagangan, industri, pertanian, keuangan dan organisasi buruh, dalam beberapa hal kelompok tersebut dapat dianggap sebagai suatu interest group yang menyatu yang berinteraksi dengan masyarakat. Form dan Miller pada tahun 1960 mengatakan bahwa ada 5 jenis interaksi antara interest group tersebut dengan masyarakat yaitu :

1) Business - Dictated. Pihak perusahaan menentukan jam kerja karyawannya, tanpa mempertimbangkan efeknya terhadap kehidupan rumahtangga, dan para karyawan harus menyesuaikan kehidupan keluarga mereka dengan kegiatan industri (ini mungkin terjadi di dalam suatu perusahaan dimana buruh tidak terorganisir, atau kalaupun ada organisasi buruh, sangat lemah).

2) Business - deminated. Sama seperti di atas, akan tetapi sudah ada aturan-aturan kerja yang Iebih lanjut, hanya ia masih ditentukan oleh pihak manajemen. Pihak buruh hanya mempunyai hak suara yang keciI (ini terjadi jika pihak perusahaan cukup kuat dengan organisasi buruh yang agak kuat tetapi dengan kelebihan penawaran tenaga kerja).

3) Labour - mediated. Pihak buruh; dalam hal ini organisasi buruh, mencoba ikut ambil bagian dalam menentukan jam kerja. Disini mulai terbentuk kerjasama antara pihak buruh dan manajemen (organisasi buruh cukup kuat, dan industri tergantung kepada tenaga ahli lokal).

4) Equilibrium. Organisasi buruh cukup kuat, begitu juga pengaruh masyarakat. Pihak manajemen dalam membuat keputusan harus memperhitungkan semua akibatnya terhadap masyarakat sekitarnya.

5) Family - mediated. Dalam interaksi macatn ini nilai-nilai keluarga cukup dominan (keluarga pemilik perusahaan, religitis atau co-operative communities).

Ke lima jenis interaksi dan masyarakat tersebut, dalam kenyataannya di Amerika sudah tidak berlaku, dan di Inggris sendiri, memerlukan dimodifikasi teori. Sebagai contohnya, pola business-dictated sudah sulit ditemukan di Inggris, kecuali dalam beberapa jenis perusahaan dimana buruh mempunyai motivasi mendapatkan upah yang sangat tinggi, dan perusahaan bersedia memenuhinya.

Ada teori lain mengenai interaksi antara industri-masyarakat, dengan menggunakan empat pendekatan, yaitu :

a) Structural functional, yang meliputi penyebaran industri ke dalam berbagai sub sistem masyarakat lainnya.

b) Compensation, dimana industri yang dianggap sebagai sumber sosiabilitas tidak mungkin ada di dalam masyarakat lokal.

c) Welfare (kesejahteraan), suatu pendekatan terhadap peristiwa-peristiwa di dalam masyarakat dimana pihak industri mengambil bagian sebagai partner masyarakat.

d) Power, industri menjadi sumber kekuatan yang mempengaruhi masyarakat.

y Pengaruh Masyarakat Terhadap Industri

Masyarakat telah merasakan berbagai bentuk pengaruh dari adanya industri, dan kadang-kala masyarakat sendiri ikut memperkuat atau memperbesar skala pengaruh tersebut akibat interaksi antara pihak buruh dan pihak manajemen biasanya baru dirasakan baik oleh pihak pengusaha, pihak organisasi buruh juga oleh pemerintah jika terjadi peristiwa pemogokan buruh yang akan mempengaruhi perputaran roda-roda ekonomi. Pada tingkat nasional, kenaikan upah buruh akan memaksa kenaikan harga barang yang dijual yang akhimya memacu inflasi. Sudah jelas bahwa untuk memahami sikap dan perilaku di dalam industri seperti absenteisme, tekanan untuk menimbulkan atau memaksimumkan usaha tidak mungkin hanya berdasarkan kopdisi industri saja, tetapi harus melibatkan norma­norma, nilai, peranan dan berbagai perilaku yang ada di luar lingkungan industri atau dalam masyarakat luas.

INDUSTRI DAN POLITIK

h Industri dan pengaruh politik

Industri bekerja di dalam suatu lingkungan sosial dan memiliki hubungan dengan kekuatan yang berada dalam lingkungan tersebut. Berbagai bentuk pengaruh timbal balik yang terjadi antara industri dan kehidupan politik dibagi dalam dua jenis: pertama, pengaruh kelompok terorganisir, dan kedua pengaruh peranan individu. Dalam rangka mempengaruhi kebijaksanaan pemerintahaan daerah, wakil-wakil industrial interest akan bergabung ke dalam suatu organisasi "presure group" dan pada saat bersamaan personal-personal pihak industri sendiri sering ikut langsung memegang peranan politik dengan tujuan memajukan kepentingan ekonomi mereka.

Kemampuan pihak perusahaan untuk mempengaruhi kebijaksanaan politik pemerintah dengan melakukan partisipasi langsung di dalam pemerintahan adalah suatu aspek kontrol dari jalinan kelompok elite dalam industri dan dalam pemerintahan. Bekas-bekas menteri, baik yang tadinya duduk dalam pemerintahan Partai Buruh, maupun Partai Konservatif, sering diundang untuk menduduki jabatan-jabatan penting dalam perusahaan. Hal tersebut sangat membantu. pihak perusahaan dalam mempengaruhi pemerintahan karena biasanya mereka memiliki relasi yang cukup banyak dalam pemerintahan.

h Politik dan Hambatan Legal terhadap Industri

Peranan pemerintah di dalam bidang industri meliputi pengontrol, pengatur, promotor, pengusaha dan perencana (Grove, 1962). Cara-cara langsung dari pemerintah untuk mengontrol industri ialah melalui kebijaksanaan anggaran, pajak, kontrol jual-beli, pengontrolan terhadap modal publik dan kontrol terhadap distribusi produk maupun penyebaran industri.

Sebagai pengusaha pemerintah secara langsung berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi melalui 4 cara yaitu :

a. Pemerintah sebagai pembeli terbesar dari barang-barang dan jasa untuk menjalankan roda pemerintahannya.

b. Pemerintah sebagai majikan; kurang lebih 1 juta orang penduduk Inggris bekerja pada pemerintah, dari seluruh pekerja di Inggris yang berjumlah 24 juta orang

c. Pemerintah memberikan pengaruh langsung kepada kegiatan bisnis dengan melalui berbagai lembaga keuangan yang dimilikinya, misalkan bank, tetapi tidak ikut langsung dalam kegiatan manajemennya.

d. Pemerintahsebagai pengusaha langsung dengan memproduksi barang-barang dan menjualnya secara terbatas untuk kepentingan sendiri.

Terakhir sebagai perencana, pemerintah memperluas peranannya sebagai pengontrol dengan mengarahkan dan membimbing kegiatan ekonomi dengan cara melakukan desentralisasi. Kesulitan ekonomi, memperbesar peranan pemerintah. di dalam perencanaan aktivitas dan pengembangan industri.

h Hubungan Industri dengan Hukum

Keengganan pemerintah melakukari intervensi langsung kedalam kegiatan industri mirip dengan keengganan yudikatif untuk melibatkan diri secara langsung ke dalam lapangan industri. Wedderborn (1966, hal 13) menyatakan bahwa pihak hukum baru mau melibatkan diri jika pihak perusahaan berbuat suatu tindakan, dimana pihak lain di luar perusahaan merasa dirugikan oleh tindakan tersebut. Alasan lain yang menyebabkan keengganan pihak hukum melibatkan diri adalah telah terbentuknya suatu perjanjian bersama antara perusahaan industri dengan serikat-serikat buruh sehingga kalau ada permasalahan diantara mereka hal itu akan diselesaikan melalui cara-cara yang tercantum dalam perjanjian tersebut.

h Pekerjaan dan Tingkahlaku Politik

Sejumlah penelitian menemukan bahwa ukuran perusahaan dan tingkat pengetahuan majikan tentang pribadi para pekerjanya merupakan faktor yang mempengaruhi sikap dan tingkahlaku politik para pekerjanya. Nordlinger (1967) menyatakan bahwa walaupun suatu perusahaan besar cenderung ke arah kiri (Partai Konservatif), tidak berarti bahwa para pekerjanya akan memiliki kecenderungan yang sama, karena bisanya hubungan antara pekerja dan majikan tidak begitu akrab. Ingham (1969) membuat suatu kesimpulan sama dengan Nordlinger. Dia melakukan penelitiannya terhadap para pekerja Bradford, dan hasil penelitiannya diungkapkan sebagai berikut : "Suatu kekuatan buruh yang berorientasi kiri akanmendorongnya mengarah pada intensifikasi nilai yang akan menyebabkan peranan dan aktivitas masing pihak terlihat secara lebih jelas".

1 komentar: