Sabtu, 20 Agustus 2011

DOMINASI WACANA : KEKERASAN SIMBOLIK DLM HUBUNGAN GENDER


DOMINASI WACANA : KEKERASAN SIMBOLIK DLM HUBUNGAN GENDER


1. Kekerasan yg paling sulit diatasi adalah kekerasan simbolik yg beroperasi melalui wacana

Dsb simbolik :Karena dampak yang biasa dilihat dalam kekerasan fisik tidak kelihatan. Tidak terlihat adanya luka, tidak ada akibat traumatis, tidak ada ketakutan atau kegelisahan, bahkan korban tidak merasa telah didominasi

2. Kekerasan simbolik terjadi karena pengakuan dan ketidaktahuan yang didominasi atau yg diatur

3. Prinsip simbolik diketahui dan diterima, baik oleh yang menguasai maupun yang dikuasai.

4. prinsip simbolik ini berupa bahasa, cara berpikir, cara kerja dan cara bertindak

5. wacana patriarkhi merupakan kekerasan karena menjebak perempuan dng menentukan cara melihat, merasakan, berpikir dan bertindak

6. dlm dominasi laki-laki melalui wacana, terlihat cara bagaimana dominasi itu dilakukan dan diderita.

7. perempuan menjalaninya sebagai kepatuhan seakan wajar

8. dampak kekerasan simbolik itu halus, tak terasakan, tak dapat dilihat bahkan oleh korbannya sendiri.

Bourdieu :

Dominasi ini terlaksana melalui cara simbolik dalam komunikasi dan pengetahuan. Boleh dikatakan kekerasan simbolik berlangsung melalui ketidaktahuan, pengakuan atau perasaan korbannya. Menurut Bourdieu lagi bahwa yg menentukan makna bahasa lebih sering dari luar linguistik, artinya berkat kepemilikan kapital, terutama kapital simbolik.

Perempuan dlm upaya menggambarkan kebahagiaan dirinya harus menoleh kepada laki-laki untuk bisa menemukan kata yg tepat dan disetuji.

Ukuran keberhasilan hampir semua iklan produk kecantikan, pakaian, perlengkapan perempuan, selalu didasarkan pada kemampuan pemakainya untuk memikat laki-laki.

Iklan teh SW :

Dlm iklan dikisahkan sebuah keluarga kecil yg berbahagia, sebuah keluarga muda kelas menengah dengan dua orang anaknya. Suatu hari, ketika sang ayah baru saja pulang dari kantornya, beliau disambut oleh teriakan anak lelakinya.

“ ayah saya terpilih menjadi ketua regu”.

Sang ayah menanggapinya dengan antusias, “ siapa dulu dong Bapaknya!.

Beberapa saat kemudian beliaupun beristirahat dan disuguhi secangkir teh hangat buatan/oleh anak perempuannya. Mungkin karena begitu nikmat rasanya, maka meluncur pujian spontan dari mulut sang ayah. Si ibu yg kebetulan mendengar pujian itu, menanggapi sambil melangkah dan melirik genir kepada suaminya.

“siapa dulu dong ibunya”

Dialog dlm iklan tesebut secara halus telah mengungkap dua hal.

  1. Anak lelaki cenderung dihubungkan dengan pihak ayah, sementara anak perempuan dengan pihak ibu.
  2. Anak lelaki senantiasa dihubungkan dengan aktivitas di luar rumah, khususnya dalam hal kepemimpinan dan organisasi, sementara anak perempuan dengan pekerjaan di dalam rumah, khususnya dunia perdapuran.

penguasaan atas wacana menjadikan dominasi laki-laki seakan seperti sesuatu yang alamiah dan bisa diterima. Bahkan situasi yang paling menyiksa dan tak bisa ditolerir bisa nampak wajar.

bahkan untuk menyebut bagian-bagian tubuhnya, bahkan yang paling intim, perempuan memakai kata-kata yang dipilih oleh laki-laki.

Perempuan harus tinggal di rumah untuk mengurus anak dan rumah tangga diterima sebagai sesuatu yg sudah semestinya ; representasi Tuhan mengaacu pada jenis kelamin laki-laki tidak perlu dipertanyakan lagi-lagi.

pembagian kerja dlm bentuk tugas rumah tangga bagi perempuan dan aktivitas publik bagi laki-laki adalah hasil perkembangan sejarah, maka bisa diubah, bukan tatanan kodrat.

Memang, semua pencapaian lelaki tidak tertutup bagi perempuan, tetapi kalau diteliti secara kritis tujuannya didasarkan pada kepentingan dan nilai lelaki. Justru ketidakadilannya terletak pada kesan seakan-akan memberi kesempatan yang sama kepada perempuan.

Ex :

Seminggu sebelum menikah, seorang artis diwawancarai oleh wartawan tentang alasan mengapa akhirnya dia memilih pebisnis itu sebagai suami. Jawabannya sederhana ; “ karena calon suaminya itu mengijinkan untuk melanjutkan kariernya.”

???????????????????????

jawaban itu mencerminkan kekerasan simbolik. Sadar atau tidak sadar artis itu menerima hubungan dominasi, menerima kepatuhan.

KEKERASAN SIMBOLIK ADALAH PINTU GERBANG MENUJU KEKERASAN PSIKOLOGIS DAN BERESIKO KE KEKERASAN FISIK.

Konflik dlm rumah tangga dianggap sebagai hal yang biasa, namun kalau memperhatikan pola hubungannya, sebetulnya digambarkan berlangsungnya afirmasi kekuasaan dan proses pengakuan dominasi.

Interaksi sosial laki-laki dan perempuan terasa sangat biasa, namun menawarkan kesempatan istimewa untuk memahami logika dominasi yang berjalan atas nama prinsip simbolik. Prinsip ini dikenali dan diakui oleh baik yang medominasi dan yg didominasi.

prinsip simbolik itu berupa :

  • bahasa
  • gaya hidup
  • Cara berpikir
  • Berbicara atau bertindak
  • stigma

Prinsip yang paling efektif secara simbolik adalah ciri tubuh yang sebetulnya sangat sewenang-wenang dan sangat terungkap seperti jenis kelamin atau warna kulit

penampilan biologis mempunyai dampak yang sangat riil terhadap tubuh dan pikiran. Suatu rekayasa kerja kolektif sosialisasi biologis berlangsung untuk menampilkan konstruksi sosial yang seolah-olah nampak seperti alami sehingga gender sebagai HABITUS seksual dipakai sebagai dasar pembagian yang sewenang-wenang yang menjadi prinsip realitas dan representasi realitas.

Tatanan sosial berjalan seperti mesin simbolis yang mengesahkan dominasi maskulin terutama dalam hal :

  • Pembagian kerja
  • Pembagian kegiatan-kegiatan yang didasarkan pada perbedaan seks
  • Tempat
  • Saatnya dan instrumen-instrumennya.

Semua bentuk dominasi itu seakan sah dan tidak perlu dipertanyakan lagi karena semua berjalan wajar dan diterima.

Kekuasaan simbolik bisa memaksakan pemaknaan secara sah dengan menyembunyikan hubungan kekuatan yang merupakan dasar kekuasaanya.

Bourdieu menggunakan istilah TEKNIS DOXA ;

Yaitu sudut pandang penguasa atau dominan yg menyatakan diri dan memberlakukan diri sbg sudut pandang yg universal.

penguasaan atas wacana menjadi sumber kekuasaan simbolik karena merupakan hubungan yang ditentukan oleh kekuatan representasi dan gagasan. Dua hal terakhir ini didukung oleh struktur sosial-budaya dan cara pengorganisasian masyarakat

Logika dominasi berjalan karena prinsip simbolik yg diterima dua pihak ; gaya hidup, cara berfikir, ertindak, bahasa dan kepemilikan atas dasar tubuh.

Ex :

a) Bentuk tubuh laki-laki menentukan aturan main dalam kebanyakan cabang olahraga dan profesi

b) Siklus hidup laki-laki menentukan dalam mendefinisikan syarat-syarat kebrhasilan profesi spt tidak ada cuti haid atau vuti hamil untuk lelaki sehingga tidak dirugikan oleh tuntutan profesi untuk disiplin dan kehadiran

c) Agresivitas dan dominasinya mendefinisikan apa yang disebut sejarah.

d) sejarah ditulis mendasarkan pada fakta penaklukkan, kemenangan, strategi atau superioritas fisik

e) dll.

Sudut pandang penilaian kuat ditentukan oleh budaya lelaki.

MEDIA MASSA PENYEBAR IDEOLOGI GENDER

sanggupkah kita menghindarkan diri dari media massa?

Kita adalah “pembaca” media massa, entah itu berupa koran, majalah, radio, televisi, film atau sarana komunikasi apapun yg mereproduksi dan menyebarkan pesan-pesan publik.

persoalannya : media tidak dapat bersifat netral. Misalnya : atribut2 tertentu dari media dapat mengkondisikan pesan-pesan yg dikomunikasikan.

AGEN SOSIALISASI

yg turut tersebar dan terlestarikan lewat media massa adalah IDEOLOGI GENDER.

Melalui media massa kita belajar menyesuaikan diri dengan harapan2 masyarakat agar berperilaku seturut perbedaan dan stereotipe GENDER.

Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yg sangat menentukan karena mampu secara khusus berpengaruh dalam menyalurkan keinsyafan dan pengharapan gender.


Sumber : Materi Ajar Kapita Selekta Sosiologi oleh Merry Yanti, S.Sos, M.Si.

( 0 komentar:

Posting Komentar